TUGAS MAKALAH GEOGRAFI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Kelompok 2








Kelas : XI IPS 1
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan
kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi kita taufiq dan hidayah-Nya
sehingga tugas Makalah ini dapat
terselesaikan tanpa suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.
Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan Islami.
Tak lupa kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bersusah payah
membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan
dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.
Saya menyadari walaupun saya
telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun Makalah sederhana ini, tetapi
masih banyak kekurangan yang ada didalamnya. Oleh karena itu, segala tegur sapa
sangat saya harapkan demi perbaikan tugas ini. Saya berharap akan ada guna dan
manfaatnya Karya Tulis ini bagi semua pembaca. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. LATAR
BELAKANG…………………………………………………….. 1
B. RUMUSAN
MASALAH……………………………………………….…. 2
C. TUJUAN DAN
KEGUNAAN………………………………………......... 2
BAB II STUDI
LITERATUR................................................................................
3
BAB III
PEMBAHASAN…………………………………………….………….…
5
A. PENGERTIAN
UMUM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN............
5
B. HAKIKAT DAN CIRI-CIRI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.... 5
C. PEMBANGUNAN
YANG DILAKUKAN DI INDONESIA.................. 7
D. MASALAH
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN........................... 7
1. MASALAH KEMISKINAN............................................................
8
2. MASALAH KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP.............................
11
3. MASALAH KEAMANAN DAN KETERTIBAN.................................
12
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………...... 14
A. KESIMPULAN…………………………………………………………… 14
B. SARAN………………………………………………………………….... 15
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………..… 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kemajuan
suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan di segala
bidang. Pembangunan merupakan proses
pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan tekhnologi. Dalam pola pembangunan tersebut, perlu memperhatikan
fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia, agar dapat terus-menerus menunjang
kegiatan atau proses pembangunan yang berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah perubahan
positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana
masyarakat bergantung padanya.
Keberhasilan
penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial
yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat
melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Proses pembangunan terutama bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik
secara spiritual maupun material. Definisi ini menunjukan bahwa adanya suatu
pembangunan karena suatu kebutuhan, dan masalah. Adanya keinginan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut adalah suatu harapan. Sedangkan jika harapan
tersebut tidak tercapai berarti, hal itu adalah masalah.
Dengan demikian pembangunan
mempunyai hubungan yang erat dengan masalah. Karena titik tolak pembangunan
dimulai dari tindakan mengurangi masalah tersebut dengan tujuan memenuhi kebutuhan
dan meningkatkan untuk mencapai suatu tingkatan yang layak. Pembangunan yang
tidak bertitik tolak dari masalah berarti ada indikasi kesalahan konsep dan
model pembangunan tersebut berorientasi pada penyelesaian masalah sebagai
penyebab akar masalah bukan akar masalahnya.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah
upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan
terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan
utama pengelolaan lingkungan hidup.
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi
yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas
mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang selanjutnya akan
mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang positif. Oleh
karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya selain berwawasan
sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.
B. Rumusan
Masalah
Dari pembahasan diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah pada penulisan ini adalah :
1. Bagaimana
masalah kemiskinan?
2. Bagaimana masalah
kualitas lingkungan hidup?
3. Bagaimana masalah
keamanan dan ketertiban?
C. Tujuan dan
Kegunaan
1. Tujuan
Penulisan
Dari rumusan masalah diatas,
maka tujuan penulisan penulisan ini adalah :
1. Untuk
mengidentifikasi kemiskinan
2. Untuk
mengidentifikasi kualitas lingkungan hidup
3. Untuk
mengidentifikasi keamanan dan ketertiban
.
BAB II
STUDI LITERATUR
Konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tanpa mengorbankan kepentingan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan
berkelanjutan mencakup upaya memaksimumkan net benefit dari pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam
setiap waktu. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup
peningkatan pendapatan per kapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain
dalam kesejahteraan sosial (Pearce dan Turner, 1990). Hal ini sejalan dengan
konsep pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Serageldin (1994) yakni
pembangunan yang memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan
kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan
ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis, sehingga makna keberlanjutan dalam
konsep tersebut juga didefinisikan sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Pada beberapa
dekade terakhir, konsep pembangunan keberlanjutan (sustainable development)
semakin sering digunakan oleh banyak negara di dunia untuk mengimplementasikan
kebijakan pembangunan baik pada level nasional maupun internasional.
Keberlanjutan (sustainability) saat ini telah menjadi elemen inti (core
element) bagi banyak kebijakan pemerintah negara-negara di dunia dan
lembagalembaga strategis lainnya. Menurut Khanna et al. (1999)
pembangunan keberlanjutan berimplikasi pada keseimbangan dinamik antara fungsi maintenance
(sustainability) dan transformasi (development) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup.
Menurut
Cornelissen et al. (2001) sustainability memiliki implikasi pada
dinamika pembangunan yang sedang berlangsung dan dikendalikan oleh ekspektasi
tentang berbagai kemungkinan di masa yang akan datang. Untuk memulai dan
memantau pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diperlukan kerangka kerja
terstandardisasi (standardized framework) yang terbagi dalam empat
tahap, yaitu: 1. Mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan konteksnya; 2.
Mendeterminasi permasalahan dengan context-dependent pada dimensi
ekonomi, ekologi, dan sosial; 3. Menterjemahkan permasalahan ke dalam indikator
keberlanjutan yang terukur; 4. Menilai kontribusi indikator-indikator tersebut
pada pembangunan berkelanjutan secara menyeluruh.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Umum Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya konsep ini merupakan
strategi pembangunan yang memberikan batasan pada laju pemanfaatan ekosistem
alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut
(mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada
teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta
kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan
berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah
dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk
memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini bukan saja untuk
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga untuk kesejahteraan
masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa kita tidak saja
mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do the thing
right), tetapi juga dituntut untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang
lebih menyeluruh (to do the right thing)
B. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan
Upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
secara cermat dan bijaksana.
a. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah,
udara, hutan, kandungan
mineral, dan
keanekaragaman hayati.
b. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan,
kesehatan,
keterampilan, dan kebudayaan.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup
transportasi, informasi,
komunikasi,
dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) lainnya.
Sumber-sumber
daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam penggunaannya harus cermat dan
bijaksana. Ketidakcermatan dan kekurangbijaksanaan dalam penggunaan sumber daya
dapat menimbulkan beragam masalah, seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber
daya alam, dan timbulnya masalah permukiman.
Pembangunan
berwawasan lingkungan yang dikenal dengan pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan memerhatikan
pemanfaatannya, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
Pembangunan
berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan hidup memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang berwawasan
lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk peningkatan
kesejahteraan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan dasar bagi
tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki kepastian bahwa
sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan masa yang
akan datang.
3. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan integratif,
maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat
dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang dilakukan
untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang mendukung
pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.
Adapun ciri-ciri pembangunan
berwawasan lingkungan antara lain,
1.
Menjamin
pemerataan dan keadilan.
2.
Menghargai keanekaragaman
hayati.
3.
Menggunakan
pendekatan integratif.
4.
Menggunakan
pandangan jangka panjang.
AMDAL
Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang
bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan
hidup. Amdal bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
bagian dari proses Amdal yang lebih besar dan lebih penting sehingga Amdal
merupakan bagian dari beberapa hak berikut :
1.
Pengelolaan
Lingkungan
Dalam
melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan diperlukan adanya susunan rencana
pengelolaan lingkungan. Susunan rencana pengelolaan lingkungan baru dapat
dilakukan setelah diketahui dampak-dampak yang akan terjadi akibat proyek yang
akan dilakukan. Di sinilah peranan penting AMDAL agar proyek pembangunan yang
dilakukan tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
2.
Pengelolaan
Proyek
Dalam
pengelolaan proyek, peranan AMDAL adalah terlebih dahulu melakukan fase-fase
berikut :
a)
Fase
Identifikasi
b)
Fase studi
kelayakan
c)
Fase desain
kerekayasaan (engineering design) atan fase rancangan
d)
Fase
pembangunan proyek
e)
Fase proyek
berjalan atau fase proyek beroperasi
f)
Fase proyek
telah berhenti beroperasi atau pasca opeasi (post operation)
3.
Pengambilan
Keputusan
Dari hasil
AMDAL, dapat diketahui apakah suatu aktivitas pembangunan akan berdampak baik
atau buruk pada lingkungan. Pemerintah pun akan mengambil keputusan dari hasil
AMDAL tersebut. Jika berdampak baik, maka pembangunan akan dilanjutkan secara
berkesinambungan. Akan tetapi jika kegiatan pembangunan tersebut berdampak
buruk pada lingkungan, maka kegiatan tersebut tidak akan dilakukan atau
dilakukan alternatif-alternatif lain yang dapat menghilangkan atau
meminimalisasi dampak negatif tersebut.
4.
Dokumen yang
Penting
Laporan
AMDAL merupakan dokumen penting yang merupakan sumber informasi yang sangat
bermanfaat untuk berbagai keperluan :
a)
Sebagai
informasi pembanding dalam hasil analisis
b)
Sebagai
sumber informasi yang penting untuk proyek yang akan dilaukan di daerah dekat
lokasi tersebut.
c)
Dokumen
penting yag dapat digunakan di pengadilan dalam menghadapi tuntutan proyek
lain, masyarakat atau instansi pengawas.
Secara umum, kegunaaan AMDAL adalah :
a.
Mencegah
agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak.
b.
Menghindari
efek samping dari pengelolaan sumber daya alam.
c.
Mencegah
terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
d.
Mengetahui
manfaat yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara, dan
masyarakat.
C. Pembangunan
Yang Dilakukan Di Indonesia
Perjalanan kemerdekaan
Indonesia selama ini selalu penuh dengan pembangunan yang mengiringinya. Sampai
saat inipun pembangunan pasti terus dilakukan sebagai bentuk pengaruh
perkembangan zaman yang ada. Pembangunan di Indonesia yang diawali pada masa
Orde Lama terus berlanjut walaupun dengan berbedanya masa kekuasaan selanjutnya
yaitu Orde Lama yang dilanjutkan dengan masa Reformasi.
Pada masa Orde Lama
pembangunan memang baru dimulai. Penataan akan sistem pembangunan pun mulai
sedikit demi sedikit diarahkan. Namun, keadaan politik mulai terguncang dan
stabilitas negara terganggu akibat masalah yang ada. Pemerintahan pun beralih
pada penguasaan Orde Baru. Sistem pemerintahan pun mulai diarahkan dengan
mencanangkan program pembangunan. Pembangunan yang awalnya memang berjalan baik
dan dirasakan berdampak positif, akhirnya menjadi ladang untuk melakukan
praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penjalaran selanjutnya berakibat
pada utang luar negeri yang dilakukan kolega-kolega dalam praktek KKN dan juga
pihak swasta yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya, utang tersebut
beralih pada rakyat Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan peran media massa
dan juga pengawasan ketat dalam hal politik sehingga banyak batasan-batasan
dalam pengetahuan tentang keadaan pemerintahan, sampai akhirnya dimulailah
gerakan reformasi menuntut perubahan yang lebih baik.
Era reformasi pun sampai kini
sedang berlangsung. Perubahan akan sistem pembangunan dilakukan untuk
memperbaiki ketimpangan dalam pemerintahan yang lama. Program-program baru pun
mulai bergulir dan memberikan pengaruh yang berbeda dengan bentuk pemerintahan
yang lebih demokratis.
D. Masalah
Pembangunan Berkelanjutan
Permasalahan pembangunan
berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak
sadar, yang bergelut di bidang pembangunan. Permasalahan pembangunan
berkelanjutan juga tak dapat diabaikan dalam perkembangan berbagai ilmu
pengetahuan dan tekonologi,
Konsep pembangunan
berkelanjutan diperkenalkan sebagai hasil debat antara pendukung pembangunan
dan pendukung lingkungan. Konsep pembangunan yang berkelanjutan ini terus
berkembang. Pada tahun 1987, Edward B. Barbier mengusulkan bahwa pembangunan
berkelanjutan harus dilihat sebagai interaksi antara tiga system : sistem
biologis dan sumber daya, sistem ekonomi dan sistem sosial. Selain itu, dalam menjelaskan
konsep pembangunan berkelanjutan ini, Budimanta membandingkan perkembangan kota
Jakarta dengan kota-kota lain di Asia, yaitu Bangkok, Singapura, Tokyo yang
memiliki kualitas pembangunan yang berkelanjutan yaitu cara berpikir yang
integrative, perspektif jangka panjang mempertimbangkan keanekaragaman dan
distribusi keadilan social ekonomi. (Arif Budimanta Dalam Bunga Rampai, 2005:
375-377)
Kemiskinan serta kerusakan
lingkungan hidup merupakan ancaman utama bagi proses pembangunan berkelanjutan
dengan melihat tujuan dari pembangunan berkelanjutan yaitu mencapai masyarakat
sejahtera (masyarakat berkelanjutan) dalam lingkungan hidup yang berkelanjutan.
(Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai, 2005: 405)
Berikut dibahas mengenai tiga
masalah yang merupakan hambatan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
yaitu masalah kemiskinan, masalah kualitas lingkungan hidup dan
masalah keamanan dan ketertiban.
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah
satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok (masyarakat pra
sejahtera), dan terdapat di mana-mana, baik di Negara maju maupun di
Negara-negara yang sedang berkembang. Ketidakadilan itu terlihat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan
yang baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air
bersih, pengelolaan sampah ) rumah sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan
sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya akses kepemilikan hak
atas tanah yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua, sulit bagi mereka
untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan stabil. Ketidakadilan itu
menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan mengancam proses pembangunan
yang berkelanjutan. Kerusakan lingkungan, kondisi permukiman buruk atau kumuh
dalam suatu kawasan memperlihatkan bahwa kawasan tersebut sedang dalam proses
tidak berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai, 2005: 410).
Krisis ekonomi yang
menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan pokok telah menimbulkan berbagai
kerusuhan. Kerusuhan ini bahkan telah menembus sampai kawasan pedesaan atau
kawasan pinggiran kota. Hal ini disebabkan desa telah kehilangan daya tahan
menghadapi krisis. Kultur agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi desa
telah hilang maupun ditinggalkan, diganti dengan pola modern yang tergantung
pada industri.
Sementara
industry yang diharapkan mampu menopang sektor pertanian, kondisinya sangat
rentang dan keropos, karena ketergantungannya pada bahan baku impor.
Kebijakan tegas untuk
meninggalkan kultur agraris, karena ada pandangan bahwa pola pertanian yang ada
selama ini tidak memberikan nilai tambah, sangatlah naif. Nilai tambah yang
dimaksud dalam konteks tersebut adalah yang bisa memberikan konstribusi devisa,
bukan dalam pengertian mampu memberikan daya hidup pada komunitas desa. Bahkan
kecenderungannya adalah mengubah kawasan pedesaan yang mampu mandiri berbasis
pertanian keanekaragaman hayati, sebagai ajang konversi, menjadi kawasan
industri dan kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan
bahan pokok sangatlah kurang, karena investasi yang ada selama ini bukan untuk
pembangunan industri yang berbasis sumber daya alam hayati (agroindustry).
Tempe, yang merupakan makanan Indonesia sejak dahulu kala, ternyata kita belum
mampu menjadi produsen bahan baku kedelainya hingga kini. Kedelai hingga kini
masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita belum pernah mengadakan
penelitian bioteknologi, yang dapat mendukung pola agraris yang kita
miliki agar efisien. Penelitian yang ada selama ini bukan membumi, tetapi
menuju ke langit. Untuk itu, dalam rangka peningkatan ketahanan akan kebutuhan
bahan pokok, diperlukan upaya pembangunan daerah yang berbasis keanekaragaman
hayati setempat.(Sugandi, 2007: 46-50)
Penelitian – penelitian
terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan tidaklah statis. Orang miskin bukanlah
orang yang pasif. Ia adalah manajer seperangkat asset yang ada di seputar diri
dan lingkungannya. Keadaan ini terjadi pada orang yang miskin yang hidup di
Negara yang tidak menerapkan sistem Negara kesejahteraan (welfare state).
Sistem yang dapat melindungi warganya menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk
yang mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan hidup individu dalam
situasi seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan
jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan keuangan,
tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya.
Pendekatan kemiskinan yang
berkembang selama ini perlu dilengkapi dengan konsep keberfungsian sosial yang
lebih bermatra demorasi-sosial ketimbang neo-liberalisme. Rebounding atau
pelurusan kembali makna keberfungsian sosial ini akan lebih memperjelas
analisis mengenai bagaimana orang miskin mengatasi kemiskinannya, serta
bagaimana struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan jaringan sosial
mempengaruhi kehidupan orang miskin. Paradigma baru lebih menekankan pada “apa
yang dimiliki si miskin ” ketimbang ” apa yang tidak dimiliki si miskin ”.
(Suharto, 2005 : 148)
Pada akhirnya kebijakan pengurangan
kemiskinan yang selama ini yaitu pendekatan top-down dalam perencanaan
kebijakan yang sekarang dilakukan, yaitu pemerintah dan para pakar menganggap
dirinya yang paling mengetehaui tentang proses-proses yang terjadi
dimasyarakat, perlu diganti dengan pendeketan bottom-up, yaitu
melibatkan partisipasi masyarakat melalui dialog-dialog yang demokratis,
menghargai perbedaan-perbedaan, keadilan dan kesetaraan jender. Ilmu
pengetahuan modern antroposentris sebagai dasar perencanaan kebijakan publik
untuk mengelola kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu diganti dengan ilmu
pengetahuan yang bersifat non-antroposentris, menghargai etika dan nilai-nilai
yang ada di masyarakat dan di lingkungan alam. (Madrim Djody Gondokusumo Dalam
Bunga Rampai, 2005 : 418)
2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup
Pembangunan pada hakikatnya
adalah perubahan lingkungan, yaitu mengurangi resiko lingkungan atau dan
memperbesar manfaat lingkungan. Sejak berabad tahun yang lalu nenek moyang kita
telah merubah hutan menjadi daerah pemukiman dan pertanian. Perubahan hutan
menjadi sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan untuk produksi
bahan makanan dibawah kondisi curah hujan yang tinggi dan juga untuk mengurangi
resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga sekarang pencetakan sawah masih
berjalan terus. Dengan perubahan hutan atau tata guna lahan lain menjadi sawah
berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan
manusia itu sendiri. Manusia merupakan subjek sekaligus objek pembangunan.
Manusia berada pada posisi sentral sahingga pelaksanaan pembangunan dan
hasil-hasilya tidak boleh mengabaikan dimensi manusianya. Untuk dapat melakukan
hal tersebut, diperlukan pendekatan pembangunan yang menitikberatkan pada segi
manusia. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
manusia. Di lain pihak, pembangunan yang makin meningkat akan memberikan dampak
negatif, berupa resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, yang
mengakibatkan rusaknya struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi
penunjang kehidupan. Kerusakan ini pada akhirnya akan menjadi beban yang malah
menurunkan mutu hidup manusia, sehingga apa yang menjadi tujuan pembangunan
akan sia-sia.
Terpeliharanya keberlanjutan
fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan manusia, sehingga menuntut
tanggung jawab dan perannya untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup. Keberlanjutan pembangunan harus memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, serta pengembangan
sumber daya buatan, dan menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan
pembangunan, serta menjadi jaminan bagi kesejahteraan serta mutu hidup generasi
masa kini dan generasi mendatang.
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban
Permasalahan ini diperberat
dengan masalah ketertiban Karena tidak disiplinnya masyarakat. Hal ini
tercermin dengan jelas antara lain dalam disiplain berlalu lintas. Saat ini
juga semakin sering terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah, terutama di
kota-kota besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak adanya
sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, kurangnya pemahaman akan
hak-hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan dan lain sebagainya.( Gita Chandrika Napitupulu dalam
Bunga rampai, 2005 : 9-10)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas
maka dapat disimpulkan:
1. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan
lingkungan hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati
3. Menggunakan Pendekatan Integratif
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang
3.
Bahwa
hambatan dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan adalah kemiskinan,
kerusakan lingkungan hidup, keamanan dan ketertiban, dan sebagainya.
4.
Bahwa
masalah kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di suatu kawasan
tertentu memperlihatkan bahwa kawasan itu sedang dalam proses tidak
berkelanjutan.
5.
Kemiskinan
dan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang telah hilang atau rusak, tercemar, itu
merupakan ancaman terhadap proses pembangunan berkelanjutan. Ancaman tersebut
tidak hanya terjadi di kawasan itu saja, tetapi juga akan mempengaruhi sub-sub
sistem lain yang membentuk kawasan itu
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,
maka adapun saran bagi pemerintah agar dapat menerapkan sistem pembangunan yang
berkelanjutan seperti di negara-negara maju lainnya dengan jalan menanggulangi
kemiskinan serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta keamanan dan
ketertiban guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat khususnya di
Indonesia sehingga dapat dirasakan bukan hanya untuk di masa sekarang melainkan
juga untuk generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan
Kota Indonesia Dalam Abad 21, Konsep dan Pedekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia.
Jakarta: Fakultas Ekonomi UI
Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi
Lingkungan hidup dan Pembangunan. Djambatan : Jakarta
Sugandhy, Aca dan Hakim,
Rustam. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan. Bumi Aksara.
Tato, Syahriar. 2009. Hambatan Dalam Sistem Pembangunan Perkotaan Yang Berkelanjutan
http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/hambatan-dalam-sistem-pembangunan-perkotaan-yang-berkelanjutan/
Wicaksono, Sonny Ilham. 2012. Masalah Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangan
Sangat berguna, terima kasih
ReplyDeleteTerimakasih kak:) boleh nih kalo mau ngasih masukan saran materi apa lagi yg bagus untuk d upload:)))
Delete