INARAH DAN IRINAH
Di sebuah desa tinggal seorang gadis bernama Inarah.
Inarah tinggal dirumahnya bersama Ibu Tiri dan saudara tirinya Irinah. Sejak
ayah Inarah meninggal dunia, Irinah dan Ibunya semakin berkuasa dan semena-mena
terhadap Inarah. Dia harus bangun sebelum subuh untuk mempersiapkan air mandi
dan sarapan pagi bagi irin dan ibunya. Kemudian dia harus membereskan rumah,
dan mencuci baju ke sungai dan masih banyak lagi pekerjaan lainnya yang membuat
Inarah hampir tak punya waktu untuk beristirahat. Namun, Inarah selalu
melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat Ibu
tirinya akan mencintainya seperti ibu kandungnya sendiri.
Pagi itu seperti biasa Inarah bangun pagi-pagi dan
menyelesaikan pekerjaannya, setelah air mandinya siap ia pun membangunkan ibu
dan saudara tirinya Irinah,
“Bu,
Irinah, bangunlah. Air mandinya sudah siap”
“Bu?
Irinah?” panggilnya sambil membuka jendela.
“ahhh,
aku masih ngantuk bu”rengek irin
“Ahhhhhh!
Iya iya sudah sana pergi, selesaikan pekerjaanmu dan jangan mengganggu tidur
kami lagi!” bentak ibunya
“Bbaaiikk,
baiikk bu.”
Inarah pun segera membereskan rumah, ia memasak,
menyapu, mengepel, kemudian menyiram tanaman.
“Saatnya
mencuci, sebentar lagi pekerjaanku selesai, semoga aku punya waktu untuk
beristirahat”harap inarah
Seperti biasa Inarah membawa baskom berisi cucian ke
sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak menuju sungai.
Inarah segera mencuci pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya,
Inarah tidak tidak menyadari bahwa baju kesayangan ibu tirinya hanyut. Ketika
menyadari hal itu, Inarah langsung mencari baju tersebut
“astagah,
dimana baju kesayangan ibu? Ya Tuhan , mengapa aku baru menyadarinya?
Inarah terus berusaha mencari baju kesayangan ibu
tirinya, dan ia pun melihat baju tersebut telah terbawa arus sungai. Inarah pun
berusaha mengejar namun baju itu telah hanyut terlalu jauh.
“Bagaimana
ini? Ibu pasti akan memarahiku. Aku memang bodoh...”tak terasa inarah pun
menangis karena ia sangat merasa bersalah telah menghilangkan baju kesayangan
ibu tirinya.
Dengan putus asa Inarah kembali ke rumah dan
menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar
ceroboh!”
“Inarah
betul-betul minta maaf bu, Inarah sungguh tidak sengaja”
“aku
tidak mau tau, pokoknya kamu harus mencari baju itu, dan jangan berani pulang
ke rumah kalau kamu belum menemukannya, mengerti?!!!”
“Baik
bu..”
Inarah terpaksa menuruti keinginan ibunya. Dia
segera menyusuri sungai tempatnya mencuci. Inarah memasang matanya, dengan
teliti diperiksanya juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju
ibunya tersangkut disana, tetapi tetap saja ia tidak dapat menemukannya.
“Baju
ibu dimana yah?” kata inarah sambil terus mencari-dan mencari
Hari sudah mulai gelap, Inarah mulai putus asa.
“Hari
sudah mulai gelap, tapi baju ibu belum ku temukan, dimana aku dapat
beristirahat?”
Tiba-tiba, dari kejauhan tampak cahaya lampu yang
berasal dari sebuah gubuk.
“Hei,
ada cahaya lampu disana. Mungkin aku dapat meminta bantuan, siapatau
penghuninya dapat memberiku izin untuk menginap dirumahnya.”
Inarah pun segera menghampiri dan mengetuk pintu
gubuk tersebut.
“Permisii..
?”
Tiba-tiba muncullah seorang perempun tua dari dalam,
“siapa
kamu nak?” tanya nenek itu
“Saya
Inarah nek, tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut, dan sekarang
saya kemalaman. Bolehkah saya bermalam disini? Tanya inarah
“Boleh
nak”
“terima
kasih banyak nek, aku berjanji tidak akan merepotkanmu”
“apakah
baju yang kau cari berwarna merah?”
“iya
nek, apa nenek menemukannya?
“ya,
tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku sangat
menyukainya.... baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku
disini selama seminggu, bagaimana?
Sejenak
Inarah berpikir..
“Mm..
baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu” inarah tersenyum
Selama seminggu inarah tinggal dengan nenek
tersebut. Setiap hari inarah membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Inarah
sangan senang dapat membantu nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang, karena
sejak inarah tinggal dirumahnya ia tidak kerepotan mengerjakan pekerjaan rumah
sendirian. Hingga akhirnya genap seminggu, nenek pun memanggil inarah.
“Nak,
sudah seminggu kau tinggal disini. Dan aku sangat senang karena kau anak yang
rajin dan berbakti. Untuk itu kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu
lagi kau bawalah dua buah semangka ini sebagai hadiah” kata nenek
“Ahh,
tidak usah nek, Inarah juga sangat senang tinggal dirumah nenek”
“Tidak
nak, bawalah dua semangka ini, anggaplah ini hadiah dariku”
Karena nenek tetap memaksanya, akhirnya inarah
menerinanya. Nenek pun tersenyum mengantarkan inarah hingga ke depan rumah.
Inarah pun berjalan dan membayangkan senyum ibunya,
inarah yakin ibunya pasti akan sangat senang karena baju kesayangannya telah ia
temukan.
Sesampainya dirumah, Inarah menyerahkan baju milik
ibu tirinya
“Baguslah
kau dapat menemukannya. Sekarang cepat bereskan rumah, dan siapkan kami makan
malam!”
“Bu
ini, semangka, nenek yang rumahnya ku tempati menginap memberiku ini sebagai
hadiah”
“Semangka???!!”
aku tidak butuh ini!
Ibu tiri inarah membanting semangka ke lantai,
alangkah terkejutnya ketika semangka pecah didalamnya ternyata berisi emas dan
permata yang sangat banyak.
“Buuuu..
emas bu.. emas..” kata irin sumringah
“Irin,
emas.. kita kaya.. kita kaya..”
“wahh,
emasnya ada banyak” inarah tersenyum
“Heh!
Apa maksudmu berkata seperti itu? Kau tidak akan mendapat 1 pun emas ini, sana
pergi, bereskan rumah dan cuci semua piring kotor!!
“Bu,
ayo kita belanjaa.. kita kaya bu..”
Irin dan ibunya dengan serakah langsung menguasai
semua emas dan permata itu. Karena takut inarah akan meminta bagian , mereka
membawa semangka yang satunya ke dalam kamar. Lalu dengan tidak sabar mereka
membelah semangka itu. Tapi, ternyata bukan emas permata yang keluar melainkan
binatang-binatang berbisa seperti kalajengking dan ular.
“Bu,
ular. Bu ...”
“Irin..
ayo larii”
Tapi sayang, binatang-binatang itu langsung
menyerang irin dan ibunya hingga tewas. Inarah yang mendengar suara ibunya
berteriak langsung berlari meju kamar ibunya, alangkah terkejutnya ia ketika ia
menemukan ibu dan saudara tirinya telah tewas. Inarah pun menangis
tersedu-sedu,
“Ibuuu..
Irinn...bangunlahh, huhuhuuuuu”
Setelah kejadian itu Harta warisan ayahnya yang
seharusnya milik Inarah pun kembali ke tangannya, dan ia tinggal dirumahnya
bersama paman dan bibinya, Inarah pun hidup bahagia.
0 Response to "CERITA RAKYAT NUSANTARA "INARAH DAN IRINAH""
Post a Comment