KUTIPAN (QUOTES) dari BUKU 'GARIS WAKTU' - FIERSA BESARI


Jadi kemarin tuh lagi pengen-pengennya baca buku Garis Waktu-nya Bung Fiersa Besari, tapi di gramedia Makassar belum ada, jadi harus nunggu sekian lama buat baca. Eh tau-taunya temenku ada yang dapat di Gramedia Mall Ratu Indah (MaRI), Makassar. Selesai dia baca katanya bagus banget, sampai khatam 2x hari itu *niatbanget -____- hahaha
Jadi pas abis dia giliran aku yang baca, dan well sekarang entah udah antrian keberapa, se-jurusan kayaknya punya antrian di buku itu deh. *DuhBung, pesonamu :*
Pas aku baca, sumpah bikin melting gitu. Abisnya as U know that, Bung Fiersa puitis tapi gak alay jadi enak aja gitu bacanya. Aku malah sampai harus baca 2x, trus ketiga kalinya nyari quotes-quotes yang enak menurutku, ga bosen-bosen deh. Dulu aku juga gatau tentang Bung Fiersa, *yakali,masalangsungtau -_-* trus aku cari deh ignya lalu aku stalk *ketahuandeh* hihiww nah postnya bung fiersa yg pertama kali aku lihat itu yg video tentang keluarganya kaliyah kalo gak salah, trus captionnya tentang Mama, duh asli I cant realized that I fall in love with u directly bungggg, *terus?-___-*
Oke, intro segini aja, kalo kepanjangan ntar jadinya malah "KISAH CINTA *ygtakterbalas* with Fiersa Besari" *maksabanget -_-'
Disini ada 17 kutipan yang aku suka banget dari buku Garis Waktu, check this out..

1. Jangan memikat jika kau tak berniat mengikat.

2. Lagi-lagi imajinasi menertawakanku karena selalu berhasil menemuimu. Sementara realitas? Dalam realitas kita berdua hanyalah dua orang yang berlari. Aku sibuk mengejarmu, kau sibuk menghindariku. Oh, tenang. Aku tidak lelah. Justru, aku menikmati prosesnya.

3. Menyayangimu sangatlah mudah, aku bisa melakukannya berulang kali tanpa pernah bosan. Yang sulit itu cara menunjukkannya.

4. Tak perlu menyeragamkan diri dengan kebanyakan orang. Tak perlu kekinian (karena yang kekinian akan alay pada waktunya). Tak perlu repot-repot menyamakan diri dengan orang lain. Kau diciptakan untuk menjadi unik. Sudah terlalu banyak orang yang sama seperti kebanyakan orang.

5. Aku mengalah. Aku mengalah karena aku percaya, kalau kau memang untukku, sejauh apapun kakimu membawamu lari, jalan yang kau tempuh hanya akan membawamu kembali padaku.

6. Lambat laun kusadari, beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat doa. Beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk diutarakan, hanya untuk disyukuri keberadaannya.

7. Biarlah "Apa kabar?" menjadi pengganti "Aku rindu"; "Jaga dirimu baik-baik"menjadi pengganti "Aku sayang kamu"; Tangannya menjadi pengganti tanganku untuk menuntunmu' Pundaknya menjadi pengganti pundakku untukmu bersandar. Biarlah gemercik gerimis, carik senja, secangkir teh, dan bait lagu menjadi penggantimu.

8. Di dunia paralel, keadaannya akan jauh berbeda. Walau begitu, kau tahu aku akan tetap menjadi orang yang sama, yang merindukanmu dengan sederhana, mengejarmu dengan wajar, menyayangimu dengan luar biasa, dan menyakitimu dengan mustahil.

9. Aku ingin kau rindukan, aku ingin kau kejar, aku ingin kau buatkan puisi. Lalu, aku akan bertingkah tak peduli, agar kau tahu rasanya jadi aku.

10. Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus.

11. Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu. Aku tidak mahir berkata-kata, tapi aku tahu cara mendoakanmu. Aku tidak mahir memberi saran, tapi aku tahu cara mendengarkanmu. Aku tidak mahir melawak, tapi aku tahu cara membuatmu bahagia. Aku tidak mahir memimpin, tapi aku tahu cara menuntunmu. Aku tidak mahir untuk rela mati, tapi aku tahu cara hidup denganmu. Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas.

12. Tidak perlu bersama selamanya. Selamanya terlalu lama. Seumur hidup saja. Untukku, itu sudah lebih dari cukup.

13. Untuk apa memajang foto kita berdua? Cita-citaku ingin fotomu ada di buku nikahku. Untuk apa mention-mentionan mesra? Selama ada pulsa, aku lebih memilih kita berkomunikasi di chatbox, sms, atau telepon. Kita, cukup kita yang tahu. Untuk apa mengucapkan Happy Anniversary setiap bulan? Aku ingin menjadi seseorang yang bisa bersamamu tahunan, bukan bulanan. Untuk apa menulis namamu di bio? Apa belum cukup namamu dalam setiap doaku pada Tuhan? Karena sebuah kebahagiaan tidak perlu dipamerkan kepada dunia.

14. Sudahlah. Aku dan kamu tak usah di gembar-gembor. Yang hening-hening syahdu itu yang biasanya langgeng. Bukan yang di pamer-pamer. Pada waktunya, dunia hanya perlu tahu kalau kita hebat. Kebahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain.

15. Bukankah hidup ini sebetulnya mudah? Jika rindu, datangi. Jika tidak senang, ungkapkan. Jika cemburu, tekankan. Jika lapar, makan. Jika mulas, buang air. Jika salah, betulkan. Jika suka, nyatakan. Jika sayang, tunjukkan. Manusianya yang sering kali mempersulit segala sesuatu. Ego mencegah seseorang mengucap "Aku membutuhkanmu".

16. Jika tidak bisa menghapus seseorang dari ingatanmu, mungkin memang ia digariskan untuk ada disana. Sudahlah, manusia akan melupa pada saatnya.

17. Dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam. Kini, kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam-diam.

Nah, itulah 17 quotes dari buku GARIS WAKTU-nya Bung Fiersa Besari. Gimana? gimana? Baper? Melting? Wahwah, aku jugaaaaaa. Gakekeuhhh banget bacanyaaa.
Kudu wajib baca deh pokoknya. Btw sekarang lagi baca Milea, Suara dari Dilan. Nanti kapan-kapan aku review disini juga.
Well, udah dulu yah. I've to go campus right now. See you :*

Related Posts:

    KESADARAN NAIF (DISKUSI UMUM HMA PNUP)


    Kali ini sy akan share catatan-catatan yang saya dapat sewaktu mengikuti diskusi umum di Himpunan Mahasiswa Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang (HMA PNUP) dengan judul "Kesadaran Naif" yang dibawakan oleh Kanda Agung Ridha (Teknik Sipil PNUP, 2013)

    Kesadaran adalah paham atau mengetahui sesuatu dan sadar akan melakukan sesuatu
    Kesadaran inilah yang menjadi landasan sesuatu untuk melakukan gerakan

    Naif adalah orang yang tahu tetapi tidak mengaktualkan yang diketahui karena disebabkan oleh beberapa faktor. Naif simpelnya "Pura-pura tidak tahu atau semacam bertopeng"

    Pergerakan yaitu Berpindah atau Melakukan sesuatu

    Mahasiswa menurut DIKTI, seseorang yang terdaftar di PTN/PTS dan mengikuti semester berjalan
    Menurut pemateri, Mahasiswa adalah GENGSI, dimana mahasiswa skrg lebih mementingkan gengsinya ketimbang melakukan gerakan. Lebih memilih untuk bungkam dan tidak acuh terhadap kondisi sekarang.

    3 Jenis gerakan yaitu :
    Gerakan Filosofis
    Gerakan Politik (Gerakan yang didasari atas kepentingan dan nilai yang ingin dicapai telah terdistorsi)
    Gerakan Sosial (Gerakan yang muncul atas dasar kesadaran Transformatif)

    4 Jenis Kesadaran yaitu,
    -Kesadaran Magis/Ghaib (merupakan jenis kesadaran paling determinis. Seorang manusia tidak mampu memahami realitas sekaligus dirinya sendiri. Bahkan dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan taqdir yang telah menentukan. Bahwa ia harus hidup miskin, bodoh, terbelakang dan sebagainya adalah suatu “suratan taqdir” yang tidak bisa diganggu gugat.)
    -Kesadaran Naif (jenis kesadaran yang sedikit berada di atas tingkatan-nya dibanding dengan sebelumnya. Kesadaran naif dalam diri manusia baru sebatas mengerti namun kurang bisa menganalisa persoalan-persoalan sosial yang berkaitan dengan unsur-unsur yang mendukung suatu problem sosial. Ia baru sekedar mengerti bahwa dirinya itu tertindas, terbelakang dan itu tidak lazim. Hanya saja kurang mampu untuk memetakan secara sistematis persoalan-persoalan yang mendukung suatu problem sosial itu. Apalagi untuk mengajukan suatu tawaran solusi dari problem sosial.)
    -Kesadaran Kritis (jenis paling ideal di antara jenis kesadaran sebelumnya. Kesadaran kritis bersifat analitis sekaligus praksis. Seseorang itu mampu memahami persoalan sosial mulai dari pemetaan masalah, identifikasi serta mampu menentukan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Disamping itu ia mampu menawarkan solusi-solusi alternatif dari suatu problem sosial. sebuah kesadaran yang melihat adanya keterkaitan antara ideologi dan struktur sosial sebagai akar masalah. )
    -Kesadaran Transformatif (Kesadaran ini merupakan puncak dari kesadaran kritis. Dalam istilah lain kesadaran ini adalah “kesadarannya kesadaran” (the conscie of the consciousness). Orang makin praksis dalam merumuskan suatu persoalan. Antara ide, perkataan dan tindakan serta progresifitas dalam posisi seimbang. Kesadaran transformative akan menjadikan manusia itu betul-betul dalam derajat sebagai manusia yang sempurna.)
    Tetapi mahasiswa sekarang hanya diseputar Kesadaran Naif itu sendiri,

    Gerakan mahasiswa tidak harus turun ke jalan, ada begitu banyak varian gerakan, dan gerakan atas  varian baru tersebut bisa muncul jika potensi di aktualkan
    Ex, menggunakan teknologi multi guna, mengaktifkan kembali ruang-ruang diskusi, dll

    Pergerakan Mahasiswa adalah Langkah taktis yang dilakukan individu atau kelompok untuk mempertahankan nilai dan membuat hal yang lebih baik.

    Ali Syariati berkata "Cukup timbulkan Keresahan"
    Kesadaran Naif memang ditujukan agar keresahan itu muncul, hanya saja kita stuck di keresahan tanpa adanya solusi.

    Pola Kesadaran
    Kesadaran melahirkan Landasan, dari Landasan akan muncul 2 pilihan yaitu CUKUP TAHU atau MELAKUKAN, dari kedua Pilihan tersebut akan muncul kondisi dan dikondisi itulah Ada penilaian yang terjadi. Apakah hal itu sesuai ataukah Tidak Sesuai.

    Jadi untuk menghadapi hal seperti ini, harus ada solusi yang benar-benar solusi yang ditawarkan juga aktualisasikan potensi yang ada.

    Related Posts:

      Contoh Data Diri Bentuk Narasi TUGAS 1C D3 AK



      Saya terlahir dengan nama NUR INDRAYANI SK, biasanya orang yang sudah mengenal saya dengan baik atau dalam hal ini orang terdekat memanggil saya dengan nama Iind. Kenapa ada huruf “D” terakhirnya? Bukan karena saya alay, tetapi karena nama saya Indrayani, jadi Iindrayani. Biar lebih nyambung hehe..
      Jika seseorang belum mengenal saya biasanya mereka menamai saya “Nur” sejujurnya saya kurang suka dipanggil dengan nama “Nur” karena nama itu sudah sangat banyak yang memakainya, sehingga saya lebih nyaman dipanggil Iind karena merasa lebih akrab dan ganjil kedengarannya. Indra adalah nama pena ku, setiap saya menulis artikel di SMA dulu, saya sering memakai nama “Indra”, kesannya cool padahalkan aku cute ya. Hahaa.. 
      Saya yakin Iind adalah nama keberuntunganku, dan sangat beruntung memiliki nama Nur Indrayani SK. Kenapa? Yah, terkadang nama ini justru membuat saya dan kenalan baru saya (baik itu guru, dosen dan teman baru) menanyakan, “apasih itu SK?” sampai akhirnya dulu malah ada yg kalo manggil, “SK, SK” -____- bukankah seseorang akan lebih mudah dikenali jika ada keganjilan atau keunikan tertentu pada dirinya? J tidak semua tertarik akan namaku ini, tapi saya yakin suatu hari nama ini akan menjadi buah bibir dikalangan orang banyak, dalam hal baik pastinya, Amin ..
      SK adalah singkatan nama dari kedua orang tuaku. Sukur dan Kartini. Kata ayah dan ibu agar identitas kami bersaudara lebih mudah dikenali. Adikku bernama Muh.Ihsan SK, Sri Muliani SK dan Nurkhalisa SK. Jadi ketika ada yang bertanya “Iind siapa?”, dengan mudah dijawab “Iind SK”, dan si penanya pun akan mengetahui, “Oh anak Pak Sukur”. Orang tuaku adalah guru. Ayahku guru di SMPN 1 MATTIROBULU, sedangkan Ibuku guru BK di SMAN 7 PINRANG.
      Saya lahir di Pangkep, 8 Juli 1997. Sekarang umurku sudah 18 tahun, yah waktu berlalu begitu cepat. Jika boleh jujur saya masih ingin lama bersekolah di SMA, saya suka segala kegiatan, saya senang mengikuti lomba, baik seni maupun akademik. Saya cinta terhadap semua mata pelajaran yang guru-guru sajikan. Saya juga rindu terhadap semua guru dan teman-teman. Sampai-sampai ketika pemilihan jurusan saya betul-betul stres, tidak tahu akan mengambil jurusan apa. Saya menyukai semua pelajaran, andai ada jurusan yang meliputi semua mata pelajaran maka itulah jurusan pilihan pertama saya. Tapi lama-kelamaan saya pun akhirnya tahu dimana kesukaan saya. Ya saya anak sosial. Saya anak IPS. Saya senang bersosialisasi. Tapi dalam hal yang berbeda. Kebanyakan mungkin senang bersosialisasi bersama dengan teman sejawat, tetapi saya entah mengapa senang bersosialisasi dengan orang tua atau manula. Saya senang melihat mereka tersenyum, saya suka mendengar celotehan mereka, saya juga sangat merasa bahagia ketika saya bisa membantu meringankan pekerjaan mereka. Intinya saya senang dengan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Seluruh masyarakat, mulai dari anak-anak sampai manula. Hanya saja saya memang sangat tertarik dengan orang-orang yang telah lanjut usia. Cita-cita saya sangat banyak, saya malah pernah sangat tertarik bekerja di Pom Bensin, karena ketika saya menemani ayah saya mengisi bbm, kakak-kakak yang ditugaskan mengisi bensin sangat ramah, lalu tersenyum dan berkata “Semua sudah selesai pak, semoga perjalanan bapak menyenangkan, hati-hati pak” . Menurut saya, pekerjaan itu sangat “WAH”, karena pekerjaan seperti inilah yang betul-betul memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Aku pun menceritakannya ke ibu, tetapi beliau justru tertawa dan mengatakan “Bersekolahlah yang tinggi maka kau akan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat”.
      Aku berusaha merealisasikannya, sewaktu pendaftaran SNMPTN aku memang tidak lulus katanya semua jurusan yang kupilih memiliki passing grade yang tinggi. Oleh karena itu ketika pendaftaran SBMPTN atau yang dulu dikenal UMPTN dibuka aku langsung memilih jurusan ILMU PEMERINTAHAN UNHAS, dengan tujuan pengabdian pada masyarakat. Aku juga mendaftar UMPTKIN yaitu PEND.AGAMA ISLAM UIN ALAUDDIN MAKASSAR, dengan harapan menimba ilmu agama lalu mengamalkannya serta mengajarkan pada orang lain. Bukankah mengajar ilmu agama juga suatu pengabdian pada masyarakat? Beda dengan Akuntansi, jurusan yang kupilih di Politeknik Negeri Ujung Pandang aku memilihnya karena ada cita-cita terpendam, aku sangat ingin bekerja di kantoran atau di Bank. Tujuanku yaitu Toyota, aku terkesima saat melihat para pegawai kantor Toyota begitu antusias melayani para customer. Sejak saat itulah aku mendambakan pekerjaan itu. Lagipula tujuanku hanya 3, Ingin membanggakan, membahagiakan dan meninggikan derajat kedua orangtua. Sehingga, tertanam pada diriku untuk menjadi orang sukses, yang berguna bagi masyarakat pula. Ayah dan Ibuku adalah seorang guru, maka aku minimal harus jadi dosen jika ingin mengalahkan kedua orangtuaku, aku harus lebih tinggi dari mereka, agar semua orang tahu, orang tuaku telah berhasil. Sekarang aku juga sedikit demi sedikit mencoba memahami agama, percuma jika orang tua ku hanya berhasil mendidik anaknya di dunia sedangkan akhiratnya sama sekali tidak ada persiapan, maka aku memutuskan untuk memakai jilbab, setidaknya sekarang aku tidak pernah keluar jalan jika tidak memakai jilbab, walaupun jika dengan teman terkadang masih buka jilbab, tapi aku terus berusaha mengistiqomahkan diriku. Alhamdulillah, setidaknya ada perubahan yang terjadi.
      Ketika seluruh pengumuman Universitas dan Politeknik keluar, aku betul-betul tidak menyangka, Allah mendengar doaku, aku Lulus di PNUP, UNHAS dan UIN. Maka diantara ketiga pilihan yang sulit itu aku meminta kepada kedua orangtuaku agar memilihkannya untukku. Saya sangat yakin pilihan orang tua adalah pilihan yang tepat dari Allah.
      Awalnya, aku merasa dilema. Ayah ingin jika aku memilih jurusan Ilmu Pemerintahan, karena kemarin pendaftar jurusan tersebut 1.061 orang dan yang diterima hanya 14 orang termasuk aku. Ayahku merasa  bahwa keberuntungan ini tidak boleh disia-siakan. Aku juga merasa seperti itu, ini adalah hal besar bagiku bisa mengalahkan banyak orang. Sedangkan ibuku lebih cenderung memilih jurusan Pend.Agama Islam. Tak bisa kupungkiri pula aku juga sangat menginginkan jurusan ini. Tetapi, disisi lain aku ingin memilih PNUP karena aku menyukai situasi dan kondisi disana. Aku merasa suasana di PNUP lebih terasa kekeluargaannya. Fix, aku menyukai PNUP karena merasa seperti masih sekolah di SMA. Hanya saja beda lingkungan. Aku jadi plinplan, tujuan tidak tetap, juga tidak sabar mendengar keputusan. Beberapa hari kemudian, ayah dan ibuku mengajakku berdiskusi mengenai kampus mana yang akan mendatangkan positif lebih banyak dan peluang kerja lebih besar. Fix, kami bertiga memilih POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG. Disamping, kampus yang nyaman, kampus ini juga terkenal akan kedisiplinannya, kegiatan kerohaniannya juga teratur maka kami bertiga sepakat memilih PNUP.
      Itulah kelemahanku, aku plinplan serta tidak sabaran. Aku ingin melakukan atau mengetahui sesuatu hal dengan cepat, kadang aku bersikap egois pula. Keegoisan wajar, aku anak pertama jelas rasa egois adalah sifat terdalam anak pertama walaupun beberapa pribadi mampu menyembunyikan dan menahan keegoisannya, tapi aku sangat jarang melakukan itu. Di samping itu aku sangat impulsif. Ketika digertak lalu menangis, maka tangisanku akan berubah menjadi tangisan yang berlebihan, ketika marah juga sama. Aku akan menjadi sangat pemarah jika sudah merasa dipermainkan atau di ganggu ketika sibuk.
      Begitulah kisah kecil dariku, jika kutuangkan dalam tugas narasi ini kurasa 1 novel baru akan keluar. Hahaa..
      Oh iya, terkadang di waktu luang aku menghabiskan waktuku dengan Jualan Online, membaca buku apa saja serta mendengarkan musik. Jika kalian bertanya, hal apakah yang paling membahagiakan dalam hidupku? Jawabannya, membiarkan orangtua memilih langkah yang tepat untuk kita. Trust me, senyum terindah yang selalu kau impikan adalah senyum kedua orang tua mu J

      Makassar, 4 September 2015
      NUR INDRAYANI SK
      AK 1C-D3

      Related Posts:

        Hakikat Cinta



        Hakikat cinta yang sesungguhnya adalah DIAM.
        Ketika ia terucap maka itu bukanlah cinta, tetapi nafsu yang disalahartikan menjadi CINTA. Kurang lebih tepatnya seperti itu kalimat bijak tentang cinta yang pernah kudengar.
        Sekiranya cinta adalah diam, maka menahan adalah jalan. Jalan untuk mencapai, tapi bisa juga jalan untuk kehilangan. Tiada hal yang paling menyakitkan selain kehilangan. Lantas apakah menahan cinta bukan suatu hal yang menyakitkan pula? Mengatakan tidak didepannya, kelihatan santai terhadapnya dan mencoba menahan goncangan-goncangan yang berseruak di hati. Aku lebih suka menyebut itu LUKA. Selayaknya Luka yang jika dibiarkan dan tidak diungkapkan akan menjadi semakin dalam.
        Seperti kamu yang duduk didepanku, dengan wajah yang penuh dengan senyuman, walaupun saat melihatku kadang ekspresi seperti itu akan tenggelam, Aku lebih suka jika kau jarang tersenyum denganku, karena ketika kau tersenyum kepadaku maka itu seperti damai yang tersirat.
        Begitu tenang..
        Sendu di wajahmu membuatku mengerti bahwa Cinta ini patutlah diam. Ku cukupkan ia bersemayam di hati. Tak perlu pembeberan bahwa "Aku mencintaimu". Kelak kau akan tahu..
        Aku juga tidak tahu, bagaimana pula caraku mengungkapkannya? Maka diam adalah cara terbaik, selayaknya mendoakanmu dalam diam demi bahagiamu, maka cukuplah untukku. Aku tak pernah tahu apakah doa-doa ini akan terkabulkan? Yang kutahu hanya mengirimkan beribu doa, dengan harapan akan ada satu kata "Amin" yang terijabah.

        NISK, 3 Oktober 2016

        Related Posts: