Cerpen Remaja "KADO TERINDAH"



Kado Terindah
“Hei, apa kau sudah lihat pengumuman di mading? Ituloh mengenai lomba Membuat Puisi” tanyaku pada Tara
“Tentu saja. Sepanjang hari semua siswa sibuk membicarakannya, kudengar hadiahnya sangat spektakuler. Kau tahu, bagi pemenang karyanya akan dipajang di mading selama sebulan, dan yang membuatnya spektakuler adalah 2 tiket masuk nonton Film di bioskop, itu sudah termasuk makanan dan minuman selama nonton. Lumayankan kau bisa mengajak si doi”jawab Tara panjang lebar
“Wahh, What a Great challenge, apa kau mengikutinya?”tanyaku lagi
“Haha, Lucu kau menanyakan itu padaku, kau tahu bukan, aku sangat payah dalam hal begituan?”jawabnya sembari memukul pundakku
Kami tertawa, kemudian berjalan ke arah kelas. Kami sahabatan, sekelas, juga sebangku. Aku Mika dan Sahabatku tadi bernama Tara, sekarang kami sedang menduduki bangku kelas XI di salah satu Sekolah Menengah. Kami berdua telah bersahabat sejak kami berdua TK, hingga kami memutuskan untuk terus bersekolah di tempat yang sama, dan suatu kebetulan kami juga selalu sekelas, sehingga kami berdua betul-betul tak bisa dipisahkan lagi. Walau terkadang ada perasaan jengkel dan ketidaknyamanan lagi jika Tara berada didekatku. Terkadang aku merasa, dunia ini sempurna bagi Tara, tetapi semua ketidaksempurnaan berada dipihakku. Ahh, sudahlah..
“Mik, apa kau mengenal kapten Team basket sekolah yang baru? Dia sangat keren, harus kuakui dia ganteng, selain itu dia juga pintar. Bagaimana menurutmu?” Tanya Tara padaku
“Siapa? Apa yang kau maksud Si Danny? Danny Joe? Kakak kelas kita?” Tanyaku balik
“Wah, darimana kau tahu namanya? Yap, tepat sekali. Rasanya aku ingin berkenalan dengannya , dia baik juga perhatian” ucap Tara sambil senyum-senyum sendiri
“Yeaaahhh, good choice”jawabku ogah-ogahan
Harus kuakui, Danny Joe adalah cowok idamanku sejak aku duduk di kelas XI, tetapi Tara dengan santainya memberitahuku bahwa ia menyukainya?! Walau bagaimanapun dia sahabatku, dan aku harus mengalah lagi akan hal ini. Lagi? Yah, Lagi! Sudah ada 6 cowok yang kutaksir tetapi semuanya justru menyukai Tara. Harus kuakui Tara adalah sesosok gadis cantik, ideal, dan friendly. Wajar jika banyak cowok yang menyukainya, Sedangkan aku? Hanya seorang, gadis kutu buku yang pemalu, dan kuper abissss. Ahh, sudahlah. Intinya, Tara adalah cewek perfect yang menjadi idaman para cowok-cowok disekolah.
“Mika?” panggil Tara
“Hei, apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau punya masalah?” tanyanya lagi
“Ahh, tidak. Jadi sampai dimana kita tadi?” tanyaku balik
“Syukurlah kau telah sadar, eh lihat-lihat Danny mengirimiku pesan singkat” katanya sambil memperlihatkanku sms dari Danny.
“Hi, kau Tara bukan? Orang-orang sering bercerita tentangmu, sepertinya kau salah satu gadis terpopuler disekolah ini. Salam kenal,
Danny Joe”
“Aaaaa? Dia berkata begitu, seolah-olah dia selalu memperhatikanku, bagaimana menurutmu?” Tanya Tara kegirangan,
“Aaa, sepertinya aku harus ke kamar mandi, aku betul-betul sudah tak tahan lagi, ingin buang air kecil. Aku tinggal yah? Byeee” jawabku, kemudian berlari ke arah WC .
“Oke, saatnya aku menuangkan semua rasaku. Sakit! Aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Menangis! Yah, menangis adalah satu-satunya cara untuk menuangkan semua kesakitan dan perih dihatiku saat ini. Kalian boleh membayangkan 7 kali berturut-turut cowok yang kusukai selalu saja memandang ke arah Tara, mereka tidak pernah menghiraukanku. Apa aku memang tidak pantas untuk bahagia? Tolonglah, Tuhan. Izinkanlah aku untuk dapat merasakan kebahagiaan itu. “ kataku didalam hati
“Mika, apa kau didalam? Aku punya kabar gembira untukmu. Cepatlah keluar, kau pasti tak percaya” terdengar suara dari luar, yang ternyata suara Tara.
Aku segera menghapus air mataku, kemudian bersegera keluar dari kamar mandi .
“Ada apa Tar?” tanyaku agak sinis
“Hei, apa yang terjadi? Ada apa dengan matamu? Apa kau baru saja menangis?” tanyanya tetap dengan nada ramah.
“Bukan urusanmu! Sudahlah, biarkan aku sendiri! Apa kau dapat meninggalkanku? Aku sedang kehilangan Mood!” jawabku dengan setengah menggertak
“Kau kenapa? Mengapa sangat aneh? Kau bahkan tak pernah menggertakku seperti ini? Apa aku punya salah terhadapmu? Beritahu aku Mika!” kata Tara, setengah meringis
            Aku tak lagi mendengarkan Tara, aku segera berlari. Rasanya aku sudah tidak sanggup menahan perih dan menanggung kesakitan ini. Ini masalah hati! Bukan tusuk bakso yang dipatah-patah seenak jidat! Dampaknya pun betul-betul mematikan semangat. Galau dahsyat menyerang, dan air mata tak kunjung reda. Mungkin inilah puncak kesakitanku! To the pointnya, aku sudah tidak mau lagi bersahabat dengan Tara, dia tak pernah sedikitpun memahamiku. Biarlah aku berdiri sendiri, rasanya lebih baik dibanding melihat orang yang kita sukai berjalan bersama sahabat sendiri!
            Tanpa aku sadari ternyata Tara ikut mengejarku yang terus berlari. Tetapi apa yang terjadi, sebuah mobil truk melintas dihadapanku, aku yang sedang berbalik melihat ke arah Tara jadinya tidak melihat Mobil Truk tersebut, dan tanpa aku sadari Tara mendorongku dan, BRRRUUUKKK..
            Sesosok gadis yang bersimbah darah jatuh tepat dihadapanku. Dia tak lain adalah Tara! Ya Tuhan, dia menyelamatkanku dari kecelakaan maut. Tara, sahabatku sedari kecil, kini tengah dalam keadaan bersimbah darah, aku bahkan tak mendengar denyut nadinya lagi. Aku menangis, aku menjerit, bahkan aku berteriak memanggil nama Tara. Orang-orang yang melihat kejadian itu, dengan segera membawa Tara ke rumah sakit, tetapi aku tetap diposisiku. Aku merenungi dan memflashback apa yang baru saja terjadi didepan mataku. Hanya karena ketidakrelaan ku, Tara harus berakhir seperti ini.
Kulihat benda yang terlempar sesaat kejadian berlangsung, ternyata handphone tara yang masih dalam keadaan aktif. Ku buka dan tiba-tiba saja, sebuah pesan masuk dari Danny Joe .
“Dia adalah sahabat yang betul-betul baik, kau tahu dia bahkan tidak pernah memarahiku apalagi menggertakku, Oh iya hari ini adalah ulang tahun Mika, aku bahkan telah menyiapkan kado untuknya semoga saja dia suka, datanglah kerumah Mika jika kau ingin bergabung. Aku lupa mengatakan, ia sangat memahamiku, sehingga jika kau memilihnya, kau akan menjadi cowok pertama yang masuk dihidupnya dan tak bisa dipungkiri kau akan menjadi cowok yang sangat beruntung didunia ini” -Tara
“Oh Ya? Sampaikan Ucapan selamatku untuknya. Akan aku  usahakan untuk dapat bergabung dengan kalian. Ya, kau benar. Dia memang sangat menarik. Aku mengerti mengapa kau memilihnya menjadi sahabatmu, kau memang beruntung mempunyai sahabat seperti dia. Jadi tolong sampaikan padanya bahwa aku menyukainya. Kau tahu aku merasa malu untuk meminta nomor handphonenya dikarenakan tak banyak orang yang mengetahui tentangnya, jadi aku meminta nomor handphone mu dari salah satu mantanmu, dengan niat semoga kau mau membagi nomer handphonennya terhadapku”-Danny
Jadi tadi? Tara ingin memberitahuku perihal ini? Apakah kesempatan itu masih ada? Apa diri ini masih dapat melihatnya? Tolong, izinkankan aku untuk dapat meminta maaf padanya. Aku segera berlari ke arah rumah sakit. Satu pintaku, Izinkanlah aku untuk dapat meminta maaf padanya, Kumohon. Karena Penyesalan ini akan selalu menghantui hidupku jika aku tak dapat menyampaikan permintaan maafku.
Aku sampai dirumah sakit, aku melihat orangtua Tara yang tengah terisak, kebetulan dokter yang menangani Tara baru saja keluar dari ruang ICU .
“Bagi keluarganya, silahkan melihat keadaan Tara, waktunya tinggal sedikit lagi” kata dokter dengan wajah pasrah
“Om, Tante, apa aku boleh melihat keadaan Tara?” tanyaku meminta izin kepada orangtua Tara,
“Tentu saja sayang” kata Tante Anin terlihat senyum dalam isak tangisnya.
Aku langsung masuk keruangan Tara, terlihat Tara dalam keadaan koma, tak tanggung-tanggung lagi , aku segera memegang tangannya, kemudian menangis dan menangis .
“Tar, maafkan aku. Aku tak tahu jika kejadiannya akan seperti ini. Aku memang bukan  sahabat yang baik, kau tahu aku terlalu cemburu dengan apa yang kau miliki, kau selalu mendapatkan apa yang kau mau, salah satunya danny . aku betul-betul minta maaf Tara. Apa kau mau memaafkanku?
Tanpa kusadari air mata Tara menetes, bersamaan dengan itu, Tara sudah tak disini lagi. Ia telah pergi disertai dengan isak tangis Om Fadli dan Tante Anin.
Aku lesu, tetapi kemudian aku langsung teringat sms yang dikirimkan Tara untuk danny tentang kado yang ia telah siapkan untukku. Aku kemudian berlari lagi dengan isak tangis yang tak kunjung reda. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju ke kamarku. Betul! Di atas tempat tidurku, telah tersedia Kue Ulangtahun disertai kado disampingnya. Kubuka Kado tersebut ternyata, Boneka Doraemon, tokoh kartun favoritku. Dikantong boneka tersebut terselip surat dan foto-fotoku saat bersama Tara. Kubuka dan segera kubaca isi surat tersebut …
“Hi, Mika. Apa kau tahu aku takkan pernah melupakan hari ini, tanggal 15 Desember 1996 . hari dimana kau lahir kedunia dan dapat aku pastikan kau pasti dalam keadaan menangis dan tak memakai baju, (hahaha, tentu saja. Betapa bodohnya aku) . Tapi apa kau tahu? Saat 26 Juni 2002 saat kita bertemu di TK, saat kau menolongku ketika aku terjatuh, dan ketika itulah persahabatan kita dimulai. Apa kau tahu, aku terkadang sangat iri padamu, kau pintar, berbakat, juga sangat disenangi oleh banyak orang. Sangat berbeda denganku yang nilainya begitu jauh dibawahmu. Hm, Apa kau tahu, aku sangat menyayangimu, aku sangat menghargaimu, dan aku selalu mencoba untuk memahamimu serta terus berusaha menjadi sahabat yang baik bagimu, walau ku yakin aku ini pasti sangat merepotkanmu. Maafkan aku ya. di hari jadimu ini, di umurmu yang telah 17thn, aku hanya ingin mengatakan bahwa, Kau adalah sahabat terbaikku, Kau tahu bagiku senyummu adalah sesuatu hal yang sangat berarti, jadi tolong, tetaplah untuk selalu tersenyum. Semoga kau dan Aku menjadi sahabat selamanya, didunia dan di Akhirat kelak – Tara Dupont”
Tak terasa, air mata ini terus menangis. Tapi, Baiklah, aku akan tersenyum. Untukmu. Well, Apa kau percaya semua senyum ini hanya untukmu, Tara? Maafkan aku, Sungguh Maafkan aku..

NISK, 2013

Related Posts:

    Cerpen Remaja "UNEXPECTED MOMENT"



    UNEXPECTED MOMENT
    ~Oh baby I’ll take you to the sky.
    Forever you and I, you and I.
    And we’ll be together till we die.
    Our love will last forever and forever you’ll be mine
    You’ll be mine
    Lagu Mine milik Petra Sihombing terus mengalun lembut di kamar Fanjo.Yoona yang sedang asyik membaca novel juga turut bersenandung kecil, sedangkan Fanjo terus membaca pesan singkat yang dikirim oleh Kitano Akira 8 bulan silam.
                “Hei, jangan bilang padaku kalau kau sedang memikirkan Cinta pertamamu!”celetuk Yoona tiba-tiba
    Fanjo  mengangkat alis “Siapa?”
    “Siapa lagi kalau bukan Kitano Akira” jawab Yoona sambil menyeruput coklat panasnya.
    Fanjo menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian tertawa.
     “Astaga yoona tentu saja tidak, kau ini ada-ada saja. Betul-betul lelucon yang aneh, hahaha”
    “Terus pesan singkat yang kau baca dari tadi itu apa? Masih mau mengelak lagi? Ah, kau ini, aku kan sahabatmu dan kau tidak dapat berbohong padaku” ucap Yoona sambil mencibir ke arah Fanjo.
    Fanjo hanya mengangguk-anggukkan kepala, ia pun menjatuhkan badannya di kasurnya yang empuk, matanya menerawang ke atas sambil mengingat-ingat kejadian 8 bulan lalu.
    Ia sangat ingat, pada waktu itu dia hanyalah seorang gadis biasa yang baru pindah dari Boarding school, tidak ada kawan apalagi sahabat yang dikenalnya. Tetapi beberapa hari setelah ia bersekolah, ia merasa ada seorang senior yang memperlakukannya dengan spesial. Fanjo yakin bahwa perasaannya tidak salah, dan sejujurnya ia juga merasa nyaman akan kehadiran seniornya. Yah, dialah Kitano Akira, senior yang pintar, baik hati juga sangat berwibawa. Tak pernah sekalipun ada berita jelek yang tersebar mengenai Akira. Dia sangat menjaga imagenya di sekolah. Pernah suatu ketika, Fanjo duduk sendiri didepan kantor, ia sedang menghafal pelajaran Ekonomi/Akuntansi yang kebetulan akan diulangankan, ia merutuki dirinya sendiri yang tidak dapat menghafal dengan baik. Tiba-tiba seorang laki-laki duduk disampingnya,
    “Sedang apa?” tanyanya
    “Ah, Senior! Aku sedang belajar untuk menghadapi ulangan sebentar lagi, Hmm.. Apa yang dapat aku lakukan untukmu?” tanyaku kembali
    “Ada masalah dengan hafalanmu?” Akira bertanya lagi
    Fanjo hanya mengeluarkan senyum terpaksa, dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
                “Yah, sepertinya begitu. Aku tidak dapat menghafal semua penjelasan-penjelasan ini dengan baik dan benar, Ah aku memang payah!”jawabku sambil menundukkan kepala
    “Sini, biar aku yang mengajarimu” ucap Kitano Akira,
    Aku yang hanya bingung hanya mengiyakan, aku pun menyimak dengan baik apa yang Akira sampaikan, aku memandang wajah Akira yang sangat serius menjelaskan, dan pada saat itulah aku sadar bahwa aku telah jatuh cinta kepada Seniorku, Kitano Akira.
    “Dugaanku memang tidak pernah salah, kamu memang sedang memikirkannya kan?” tanya Yoona, yang sontak membuat lamunanku buyar seketika.
    “Aaa? Ah, hahaha, Tidak. Kau ini, selalu saja melibatkan Akira. Kapan kau mau berhenti menggodaku?” tanyaku pada Yoona, yang sejak tadi terus mengejekku.
    “Maaf yah. Bukannya maksud aku mau ngajarin kamu, tapi aku juga pernah merasakan hal yang seperti itu. Aku tau bagaimana perasaan kamu sekarang. Dilihat dari luar kamu kelihatan baik dan senang-senang saja, tapi sebenarnya hati kamu kosong bukan? Tapi, kamu udah ngelakuin yang terbaik kok, kamu cuek dengan dia dan mengukir sederet prestasi. Kalau boleh jujur yah, aku juga bangga sama kamu, semakin tersakitinya kamu, tapi justru kamu bisa mendongkrak popularitas disekolah dengan prestasi kamu. Udah, enggak apa-apa kok, kalo emang mau curhat ya curhat aja, aku siap kok jadi pendengar dan ngasih solusi buat kamu. Ingat dong, kalo aku jauh lebih berpengalaman daripada kamu. Huuuuuu” kata Yoona panjang lebar sambil menjitak kepala Fanjo.
    Emang sih Yoona, 5 tahun diatasku, karena kami bertetangga juga merasa cocok satu sama lain, makanya kami bersahabat, Yoona yang telah aku anggap sebagai sahabat juga kakakku sendiri selalu memotivasi ku agar tidak terus-terusan galau seperti ini. Seperti hari ini, Yoona memutuskan untuk menginap dirumahku, dan kami berdua sangat suka melewatkan waktu dengan sharing tentang masalah dan hal-hal yang membuat kami senang.
                “Iya Yoona. I know what do you mean, tapi lagi gak mood buat cerita, ntar yah, oke?” tanyaku seraya mengedipkan mata ke arahnya, Yoona pun hanya mengangguk kemudian melanjutkan Novel yang dibacanya.
                                                                            **
    Disekolah..
                “Jadi Akira betul-betul sudah pindah?”tanyaku, sambil memandang Keiko dengan tatapan lesu.
                “Hm, Ya. Ku dengar dia telah berangkat ke Kyoto Pagi ini dan sepertinya dia sudah mulai akan bersekolah minggu depan” jawab Keiko, seraya memegang pundakku
                “Hm, baiklah Fanjo, kau pasti bisa melaluinya” kataku dalam hati\
    Aku memang tidak mengantarnya, dan aku juga tidak mengucapkan apapun sebelum Akira pergi, tetapi 1 yang kuingat darinya, bahwa Aku harus melakukan yang terbaik. Itulah yang ia katakan pada pesan terakhirnya 8 bulan lalu, semenjak kami memutuskan untuk fokus pada pelajaran masing-masing. Yah, juga sebelum kepindahannya yang sangat dadakan ini.
    Dia betul-betul telah pergi, tapi aku harus kuat dan terus meyakinkan diri ini, bahwa ini hanyalah tantangan dalam sebuah hubungan, lagipula aku yakin bahwa ia juga masih mencintaiku (walau tak pernah ada kabar lagi tentang itu).
                                                                            **
    Selama 2 tahun terakhir ini, kulalui hari-hariku tanpa Kitano Akira. Mungkin, jika ia masih ada disini tentu ia akan melihatku naik ke podium dan menerima piala penghargaan. Aku sempat memenangkan beberapa pertandingan antar sekolah maupun dalam sekolah beberapa tahun terakhir ini. Aku juga tak melewatkan sedetik pun waktuku tanpa belajar, Karena obsesiku adalah menjadi yang terbaik, sesuai dengan pesan terakhirnya.
    “Tak lama lagi aku akan menyusulmu ke Kyoto, aku berjanji setelah lulus dari sekolah, aku akan mendaftar di Perguruan tinggi yang sama denganmu, dan akan aku buktikan bahwa aku, masih disini menunggumu” kataku dalam hati
                                                                            **
                “Fanjo, ku dengar kau lulus di Quaecunquf Sunt Vera University, apa itu benar?”tanya Yoona, seraya berbaring di sampingku.
                “Hah? Kau lihat pengumumannya dimana?” aku kaget mendengar pertanyaan Yoona.
                “Oh, Ibumu yang tadi memberitahukannya kepadaku, dia terlihat senang sekali, mau tidak mau kau harus bersekolah disana, sudahlah Lupakan keinginanmu bersekolah di Kyoto” jawab Yoona enteng.
                “Hmm.. Sepertinya begitu, aku juga tidak mungkin lagi menolak permintaan Ibu. Kyaaaaaaaaa! Kenapa jadi begini?”ucapku setengah terisak
                “Hei, hei. Mana Fanjo yang kukenal selama ini, tidak biasanya menangis seperti ini. Kuatkanlah dirimu, toh jika kalian berjodoh, kalian pasti akan bertemu. Yakinlah, bahwa penantianmu bukanlah hal yang sia-sia” ujar Yoona, sambil memelukku.
                “Kau benar eonni Yoona. Sepertinya memang sudah tidak ada jalan lagi selain menerima dan menjalani apa yang akan terjadi. Wish me luck dalam segalanya yah?!”pintaku pada eonni Yoona.
                “Of course. Segeralah belajar, aku tahu bahwa besok adalah Ujian pertamamu” kata Yoona sambil mengedipkan mata ke arahku.
                                                                            **
    Ujian yang telah dilaksanakan selama 1 minggu, berakhir dengan lancar. Nilai-nilaiku diatas rata-rata, dan tanpa kusadari 2 minggu lagi aku akan menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik di Tokyo. Aku pun segera mengurus kelengkapan administrasi serta data yang diperlukan.
                                                                            **
    Hari pertama..
    Seperti halnya anak baru pada umumnya, aku hanya lebih banyak diam. Mau bagaimana lagi, semua orang sibuk dengan buku masing-masing. Aku pun berjalan ke arah Lapangan Sepakbola, tampak ada beberapa mahasiswa yang sedang latihan fisik. Tapi, Hei!? Rasanya aku tau seseorang diantara beberapa mahasiswa tersebut. KITANO AKIRA! Apa betul dia? Sekali lagi aku memperbaiki penglihatanku, dan sepertinya aku memang benar bahwa itu adalah Kitano Akira. Apa yang sedang ia lakukan disini? Bukannya ia berada di Kyoto? Aku pun segera menghampirinya.
                “Excuse me, Apakah anda Kitano Akira?” tanyaku sambil mengetuk-ngetuk pundaknya.
                “Ya, ada Appp?” Akira berbalik kemudian melihatku, ia tampak sangat kaget melihatku berada disini. “Fanjo Kitagawa? Apa kau Fanjo?” tanyanya yang tampak sedang memperbaiki ingatannya.
                “Ya, This is me. Fanjo Kitagawa”jawabku meyakinkan Akira.
    Tiba-tiba ada banyak rentetan pertanyaan yang sangat ingin kutanyakan kepadanya. Tapi apakah kata-kata Yoona masih berlaku untukku? Bahwa, Akira memanglah Jodohku? Entahlah..

    NISK, 2013

    Related Posts: