Saya terlahir dengan nama NUR
INDRAYANI SK, biasanya orang yang sudah mengenal saya dengan baik atau dalam
hal ini orang terdekat memanggil saya dengan nama Iind. Kenapa ada huruf “D”
terakhirnya? Bukan karena saya alay, tetapi karena nama saya Indrayani, jadi
Iindrayani. Biar lebih nyambung hehe..
Jika seseorang belum mengenal
saya biasanya mereka menamai saya “Nur” sejujurnya saya kurang suka dipanggil
dengan nama “Nur” karena nama itu sudah sangat banyak yang memakainya, sehingga
saya lebih nyaman dipanggil Iind karena merasa lebih akrab dan ganjil
kedengarannya. Indra adalah nama pena ku, setiap saya menulis artikel di SMA
dulu, saya sering memakai nama “Indra”, kesannya cool padahalkan aku cute ya.
Hahaa..
Saya yakin Iind adalah nama
keberuntunganku, dan sangat beruntung memiliki nama Nur Indrayani SK. Kenapa?
Yah, terkadang nama ini justru membuat saya dan kenalan baru saya (baik itu
guru, dosen dan teman baru) menanyakan, “apasih itu SK?” sampai akhirnya dulu
malah ada yg kalo manggil, “SK, SK” -____- bukankah seseorang akan lebih mudah
dikenali jika ada keganjilan atau keunikan tertentu pada dirinya? J tidak semua tertarik akan namaku ini, tapi saya
yakin suatu hari nama ini akan menjadi buah bibir dikalangan orang banyak,
dalam hal baik pastinya, Amin ..
SK adalah singkatan nama dari
kedua orang tuaku. Sukur dan Kartini. Kata ayah dan ibu agar identitas kami
bersaudara lebih mudah dikenali. Adikku bernama Muh.Ihsan SK, Sri Muliani SK
dan Nurkhalisa SK. Jadi ketika ada yang bertanya “Iind siapa?”, dengan mudah
dijawab “Iind SK”, dan si penanya pun akan mengetahui, “Oh anak Pak Sukur”. Orang
tuaku adalah guru. Ayahku guru di SMPN 1 MATTIROBULU, sedangkan Ibuku guru BK
di SMAN 7 PINRANG.
Saya lahir di Pangkep, 8 Juli
1997. Sekarang umurku sudah 18 tahun, yah waktu berlalu begitu cepat. Jika
boleh jujur saya masih ingin lama bersekolah di SMA, saya suka segala kegiatan,
saya senang mengikuti lomba, baik seni maupun akademik. Saya cinta terhadap
semua mata pelajaran yang guru-guru sajikan. Saya juga rindu terhadap semua
guru dan teman-teman. Sampai-sampai ketika pemilihan jurusan saya betul-betul
stres, tidak tahu akan mengambil jurusan apa. Saya menyukai semua pelajaran,
andai ada jurusan yang meliputi semua mata pelajaran maka itulah jurusan
pilihan pertama saya. Tapi lama-kelamaan saya pun akhirnya tahu dimana kesukaan
saya. Ya saya anak sosial. Saya anak IPS. Saya senang bersosialisasi. Tapi
dalam hal yang berbeda. Kebanyakan mungkin senang bersosialisasi bersama dengan
teman sejawat, tetapi saya entah mengapa senang bersosialisasi dengan orang tua
atau manula. Saya senang melihat mereka tersenyum, saya suka mendengar
celotehan mereka, saya juga sangat merasa bahagia ketika saya bisa membantu
meringankan pekerjaan mereka. Intinya saya senang dengan kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Seluruh masyarakat, mulai dari
anak-anak sampai manula. Hanya saja saya memang sangat tertarik dengan
orang-orang yang telah lanjut usia. Cita-cita saya sangat banyak, saya malah
pernah sangat tertarik bekerja di Pom Bensin, karena ketika saya menemani ayah
saya mengisi bbm, kakak-kakak yang ditugaskan mengisi bensin sangat ramah, lalu
tersenyum dan berkata “Semua sudah selesai pak, semoga perjalanan bapak
menyenangkan, hati-hati pak” . Menurut saya, pekerjaan itu sangat “WAH”, karena
pekerjaan seperti inilah yang betul-betul memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat. Aku pun menceritakannya ke ibu, tetapi beliau justru tertawa dan
mengatakan “Bersekolahlah yang tinggi maka kau akan memberikan pelayanan terbaik
untuk masyarakat”.
Aku berusaha merealisasikannya,
sewaktu pendaftaran SNMPTN aku memang tidak lulus katanya semua jurusan yang
kupilih memiliki passing grade yang tinggi. Oleh karena itu ketika pendaftaran
SBMPTN atau yang dulu dikenal UMPTN dibuka aku langsung memilih jurusan ILMU
PEMERINTAHAN UNHAS, dengan tujuan pengabdian pada masyarakat. Aku juga
mendaftar UMPTKIN yaitu PEND.AGAMA ISLAM UIN ALAUDDIN MAKASSAR, dengan harapan
menimba ilmu agama lalu mengamalkannya serta mengajarkan pada orang lain. Bukankah
mengajar ilmu agama juga suatu pengabdian pada masyarakat? Beda dengan
Akuntansi, jurusan yang kupilih di Politeknik Negeri Ujung Pandang aku
memilihnya karena ada cita-cita terpendam, aku sangat ingin bekerja di kantoran
atau di Bank. Tujuanku yaitu Toyota, aku terkesima saat melihat para pegawai
kantor Toyota begitu antusias melayani para customer. Sejak saat itulah aku
mendambakan pekerjaan itu. Lagipula tujuanku hanya 3, Ingin membanggakan,
membahagiakan dan meninggikan derajat kedua orangtua. Sehingga, tertanam pada
diriku untuk menjadi orang sukses, yang berguna bagi masyarakat pula. Ayah dan
Ibuku adalah seorang guru, maka aku minimal harus jadi dosen jika ingin
mengalahkan kedua orangtuaku, aku harus lebih tinggi dari mereka, agar semua orang
tahu, orang tuaku telah berhasil. Sekarang aku juga sedikit demi sedikit
mencoba memahami agama, percuma jika orang tua ku hanya berhasil mendidik
anaknya di dunia sedangkan akhiratnya sama sekali tidak ada persiapan, maka aku
memutuskan untuk memakai jilbab, setidaknya sekarang aku tidak pernah keluar
jalan jika tidak memakai jilbab, walaupun jika dengan teman terkadang masih
buka jilbab, tapi aku terus berusaha mengistiqomahkan diriku. Alhamdulillah,
setidaknya ada perubahan yang terjadi.
Ketika seluruh pengumuman
Universitas dan Politeknik keluar, aku betul-betul tidak menyangka, Allah
mendengar doaku, aku Lulus di PNUP, UNHAS dan UIN. Maka diantara ketiga pilihan
yang sulit itu aku meminta kepada kedua orangtuaku agar memilihkannya untukku.
Saya sangat yakin pilihan orang tua adalah pilihan yang tepat dari Allah.
Awalnya, aku merasa dilema. Ayah
ingin jika aku memilih jurusan Ilmu Pemerintahan, karena kemarin pendaftar
jurusan tersebut 1.061 orang dan yang diterima hanya 14 orang termasuk aku.
Ayahku merasa bahwa keberuntungan ini
tidak boleh disia-siakan. Aku juga merasa seperti itu, ini adalah hal besar
bagiku bisa mengalahkan banyak orang. Sedangkan ibuku lebih cenderung memilih
jurusan Pend.Agama Islam. Tak bisa kupungkiri pula aku juga sangat menginginkan
jurusan ini. Tetapi, disisi lain aku ingin memilih PNUP karena aku menyukai
situasi dan kondisi disana. Aku merasa suasana di PNUP lebih terasa
kekeluargaannya. Fix, aku menyukai PNUP karena merasa seperti masih sekolah di
SMA. Hanya saja beda lingkungan. Aku jadi plinplan, tujuan tidak tetap, juga
tidak sabar mendengar keputusan. Beberapa hari kemudian, ayah dan ibuku
mengajakku berdiskusi mengenai kampus mana yang akan mendatangkan positif lebih
banyak dan peluang kerja lebih besar. Fix, kami bertiga memilih POLITEKNIK
NEGERI UJUNG PANDANG. Disamping, kampus yang nyaman, kampus ini juga terkenal
akan kedisiplinannya, kegiatan kerohaniannya juga teratur maka kami bertiga
sepakat memilih PNUP.
Itulah kelemahanku, aku plinplan
serta tidak sabaran. Aku ingin melakukan atau mengetahui sesuatu hal dengan
cepat, kadang aku bersikap egois pula. Keegoisan wajar, aku anak pertama jelas
rasa egois adalah sifat terdalam anak pertama walaupun beberapa pribadi mampu
menyembunyikan dan menahan keegoisannya, tapi aku sangat jarang melakukan itu.
Di samping itu aku sangat impulsif. Ketika digertak lalu menangis, maka
tangisanku akan berubah menjadi tangisan yang berlebihan, ketika marah juga
sama. Aku akan menjadi sangat pemarah jika sudah merasa dipermainkan atau di
ganggu ketika sibuk.
Begitulah kisah kecil dariku,
jika kutuangkan dalam tugas narasi ini kurasa 1 novel baru akan keluar. Hahaa..
Oh iya, terkadang di waktu luang
aku menghabiskan waktuku dengan Jualan Online, membaca buku apa saja serta
mendengarkan musik. Jika kalian bertanya, hal apakah yang paling membahagiakan
dalam hidupku? Jawabannya, membiarkan orangtua memilih langkah yang tepat untuk
kita. Trust me, senyum terindah yang selalu kau impikan adalah senyum kedua
orang tua mu J
Makassar, 4 September 2015
NUR INDRAYANI SK
AK 1C-D3